Tarbiyah

Home | Seputar Dunia Islam | Tarbiyah | Muslimah Zone |

Monday, August 07, 2006

Tarbiyah dan Pembentukkan Kader Dakwah

Oleh : Abdul Muiz, M.A

Rijalud dakwah atau kader dakwah adalah seorang yang telah tertarbiyah secara intensif sehingga memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah, dan juga berpotensi menjadi anashirut taghyir atau agen perubah di masyarakat. Karena ia akan melakukan kerja besar yaitu merubah masyarakat ke arah yang lebih baik dan Islami, maka ia harus memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan masyarakat umumnya. Namun tidak semua orang harus menjadi kader karena biasanya lebih sedikit jumlahnya dibandingkan masyarakat umum. (QS 33:23). Para kader dakwah adalah mereka yang telah siap berkorban jiwa,raga dan seluruh harta bendaserta potensi yang mereka milliki (QS At Taubah : 11).

Karakter2 yang harus dimiliki kader dakwah :
1. Pemahaman Islam yang benar dan menyeluruh dari Al Qur’an & Sunnah
2. Keikhlasan yang tinggi sehingga ia menjadi pembela fikroh dan aqidah bukan membela kepentingan pribadi
3. Mengutamakan bekerja dari pada berbicara,
4. Totalitas dalam dakwah,
5. Siap berjihad dalam menegakkan syariat Allah
6. Siap berkorban dengan segala potensi yang dimilikinya
7. Memiliki ketegaran untuk mencapai cita2 dakwah sekalipun harus menempuh perjalanan dakwah yang panjang, berat & berliku.
8. Selalu taat kepada qiyadah dan jamaah.
9. Tsiqoh kepada qiyadah dan jamaah
10. Selalu memelihara kemurnian ukhuwah yang berdiri di atas landasan kasih sayang dan saling mencintai

Menurut Hasan Al Banna karakteristik kader dakwah yaitu: “rijalul qaul (orang yang pandai berbicara) tidak sama dengan rijalul ‘amal (orang yang pandai bekerja) dan rijalul ‘amal tidak sama dengan rijalul jihad (orang yang optimal dalam bekerja). Rijalul jihad pun tidak sama dengan Rijalul jihad yang muntij (produktif) wal hakim (bijaksana) yaitu orang yang mampu memberikan hasil yang optimal dengan pengorbanan yang paling kecil. Menurut beliau “Sesungguhnya orang yang pandai berbicara itu banyak, tetapi sedikit diantara mereka yang tetap konsisten ketika bekerja. Dan banyak orang yang pandai bekerja tetapi sedikit yang mampu mengemban amanah jihad yang berat dan mau bekerja keras.

Dasar-dasar Pembinaan Kader Dakwah
- Al Fahmu ad Daqid (pemahaman yang luas)
Kader dakwah yang memiliki pemahaman Islam yang benar akan terpelihara dari berbagai penyimpangan (inhirafat). Penyimpangan fikroh bersumber dari penyimpangan salah apakah penyimpangan juz’i (parsial) dan keliru.
- Al Iman al amiq (keyakinan yang kuat)
Kader dakwah harus memilliki keyakinan yang kuat dan tertanam di dalam jiwanya bahwa Islamlah satu2nya system yang mampu memenuhi kebutuhan manusia dunia dan akhirat. (QS Az Zukhruf:43). Selain itu kader juga harus meyakini bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang yang membela agamaNya (QS Al Hajj : 40)
At Takwin al matin (pembinaan yang kokoh)

Kader dakwah dilahirkan oleh sebuah proses pembinaan yang melingkupi berbagai aspek kehidupan yaitu Shibghah Fikriyah (pembentukkan fikroh), Shibghah Ruhiyah (Pembentukkan mental spiritual), Shibghah Harakiyah (Pembentukkan Harokah). Sehingga kader memiliki ketahanan dan mampu melakukan perubahan. Tugas besar hanya bisa dilaksanakan oleh orang besar dan amanah yang berat hanya bisa diemban orang yang kuat. “Jalan dakwah tidak dihampari permadani, tidak pula ditaburi bunga melati dan minyak kasturi. Sebaliknya, jalan dakwah dipenuhi duri dan ranjau2 yang setiap saat siap meledak, dan jalan berliku penuh tikungan maut sementara jurang2 curam. Mengingat jalan dakwah begitu berat maka dibutuhkan kader2 dakwah yang tahan banting dan pantang menyerah.” Yang menjadi perhatian IM adalah Tarbiyatun nufus (mendidik jiwa), tajdidul arwah (memperbaharui semangat), taqwiyatul akhlaq (memperkokoh moral) dan tanmiyaturrajulah as shahihah (mengembangkan kepahlawan yang benar).
Tarbiyah Mutawashilah (tarbiyah yang berkesinambungan)
Proses tarbiyah dalam Islam tidak dibatasi oleh waktu, tempat, & keadaan atau di sebut tarbiyah madal hayah (tarbiyah seumur hidup) Kader dakwah berkualitas adalah kader yang mengikuti proses tarbiyah secara intensif (tarbiyah murakazah), konferensif (mutakamilah) & berjenjang (mutadarijah). Kader dakwah yang bermasalah dalam proses tarbiyahnya hampir dapat dipastikan berpotensi menimbulkan masalah, apakah masalah pribadi, keluarga, social, maupun dakwah & harokah. Tarbiyah dapat dilakukan secara mandiri (tarbiyah dzatiyah)/secara kolektif (jamaiyah). Namun tarbiyah dzatiyah tidak akan dapat mengungguli tarbiyah jamaiyah, karena sehebat dan sepintar apapun seseorang ia tidak bisa menilai dirinya sendiri secara obyektif dan syaithon sangat suka dengan orang yang menyendiri.

Sifat-Sifat Kader Dakwah
Syaikh Abdul Qodir Jailani membuat perumpamaan yang indah bagi seorang mu’min. Ia mengibaratkan mu’min yang matang proses tarbiyahnya seperti biji kurma yang ditanam di halaman sebuah rumah dengan pagar tembok mengelilinginya. Biji kurma itu kemudian merekah & menghasilkan tunas yang tumbuh subur disirami hujan serta diterangi sinar matahari. Maka jadilah ia sebuah pohon kurma yang besar, kokoh dan menjulang tinggi dengan disaksikan oleh orang banyak. Mereka bernaung di atas atap rumah yang dibuat dari ijuk yang berasal dari pohon itu sambil memunguti buah matang yang berjatuhan dari pohon itu. Pohon kurma itu terjaga dan terpelihara dari tangan2 jahat karena ada pagar tembok yang mengelilinginya. Kehidupan tarbiyah kader dakwah seperti proses pertumbuhan pohon kurma tersebut. Kader dakwah yang berkwalitas memiliki sifat2 mulia yang tercermin dari akhlak, sikap, dan prilaku sehari-harinya. Sifat2 tersebut antara lain:
a. Ubudiyah Khalishah Lillah (semangat yang tinggi untuk beribadah kepada Allah SWT)
Poros dakwah Islam berputar pada ibadah yang murni kepada Allah SWT. Melaksanakan ibadah yang fardhu dan memperbanyak yang sunnah. Sangat takut akan siksaNya dan bergetar hatinya bila dibacakan kepadanya ayat2 Al Qur’an. (QS 8 : 2)

b. Tajridus sair wal hadaf lillah (mengarahkan perasaan dan tujuan hanya untuk Allah)
Seorang kader dakwah hendaknya hanya berorientasi kepada Allah dan mencari ridho serta surgaNya. Ciri kader dakwah yang membela agama Allah adalah selalu merasakan kedekatan dengan Allah. Hatinya selalu dapat menikmati lezat dan manisnya ketaatan kepada Allah, Rosul, dan Qiyadah.

c. Rafdhutasallut al jahiliyah (menolak kekuasaan jahiliyah)
Diantara salah satu tanda akan tibanya hari kiamat adalah terjadinya penyimpangan yang sangat jauh seperti telah dijelaskan Rosululllah : “sesungguhnya akan tiba masanya tahun2 penipuan dan kebohongan. Orang2 yang bohong dianggap benar dan orang yang benar dianggap bohong. Orang yang khianat diberi amanah, sementara orang yang jujur dianggap khianat dan orang2 yang tidak tahu apa2 berbicara urusan public” (HR Ahmad).
Kader dakwah harus memiliki sifat yang jelas yakni menolak dengan segala bentuk kekuasaan jahiliyah.

d. Selalu Memilih Hidup Serius
Sifat ini banyak dimiliki para sahabat dan generasi unggul dari kalangan tabi’in, serta generasi penerus seperti Umar bin Abdul Aziz, Ahmad bin Hanbal, para fuqaha, mujahidin, du’at yang telah menyerahkan seluruh kemampuan diri untuk mempengaruhi kehidupan dengan syariat Islam. Begitu juga seharusnya kader dakwah.

e. Tha’atul jama’ah wal qiyadah (mentaati jama’ah dan pemimpin)
Khalifah Umar bin Khotob berkata “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, tidak ada jama’ah tanpa imarah (kepimpinan) dan tidak ada imarah (kepemimpinan) tanpa taat (disiplin organisasi).

Ciri2 kader yang taat diantaranya adalah:
a. Taat disaat giat dan malas, disaat susah dan mudah, baik disukai/tidak.
b. Sur’atul Istijabah (segera menyambut dan melaksanakan perintah)
c. Taharrid diqqoh (melaksanakan perintah dengan tepat dan akurat)
d. Tidak meninggalkan tugas tanpa izin qiyadah dan tidak mudah meminta izin kecuali dalam keadaan sangat darurat.
e. Ats tsabat ‘alat thoriqi dakwah (konsisten dijalan dakwah)
Konsisten di jalan dakwah merupakan salah satu konsekuensi iman. Iman bukanlan sekedar kata2 yang diucapkan melankan kewajiban dan tanggung jawab serta jihad yang membutuhkan kesabaran dan kekuatan.
Agar kader dakwah tetap konsisten di atas jalan dakwah maka ada Anashirut Tsabit (faktor2 pendukung konsistensi) yang perlu diperhatikan yaitu :
- Dawamuluju ilallah (senantiasa kembali kepada Allah)
- Taqorrub ilallah menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap muslim. Semakin dekat seseorang dengan Allah semakin besar peluangnya untuk mendapatkan rahmatNya ialah istiqomah di jalan dakwah.
- Ma’rifatu thobi’atu thoriq (mengenal karakter jalan dakwah)
Diantara karakter jalan dakwah adalah jalan yang panjang, bertingkat, dan banyak rintangan. Setiap kader dakwah harus memperkuat dirinya dengan kesabaran, nafas panjang, dan memahami bahwasanya ia mungkin saja meninggal lebih dulu sebelum melihat kemenangan. Yang penting ia mati di jalan Allah.
Adamu tanazu’ (menghindari konflik internal)
- Konflik internal biasanya terjadi disebabkan ta’adud qiyadah (dualisme kepemimpinan) dan ta’adud taujihat (banyaknya sumber arahan) / bila hawa nafsu yang mengarahkan pendapat dan pemikiran (QS Al Anfal : 46)

Sunday, August 06, 2006

Refleksi 20 Tahun Tarbiyah

Tarbiyah dan Semangat Zaman
Oleh : Mahfudz Siddiq

Tarbiyah Islamiah telah melewati usia 20 tahunnya. Fenomena yang berawal dari sekolah-sekolah dan kampus ini, terus berkembang menjadi arus besar yang ikut menentukan gerak perubahan di negeri ini. Ketika terjadi transisi kekuasaan tahun 1998, kekuatan dakwah harakah ini mentransformasikan diri ke dalam Hizbud Dakwah. Di panggung politik yang terbuka dan kompetitif, masyarakat bisa melihat buah2 tarbiyah yang di presentasikan kader2nya. Beragam respon muncul, mulai dari kekaguman, harapan2 hingga kecemasan dan rasa ingin tahu banyak pihak tentang Hizbud Dakwah di era kelembagaan ini (mihwar muassasi)

Penerimaan Umat Terhadap Tarbiyah
Tarbiyah mulai meluas dan mendapat respon positif dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat melalui penerimaan berbagai segmen masyarakat terhadap aktifitas tarbiyah. Halaqah dan ta’lim yang awalnya marak di sekolah dan kampus-kampus, kini mulai bermunculan di perkantoran, pabrik-pabrik, masjid, organisasi, dan berbagai perkumpulan di masyarakat. Selain itu, banyak masyarakat menggantungkan peran perubahan yang bisa dilakukan kader-kader tarbiyah ini di berbagai lini kehidupan. Sepuluh atau dua puluh tahun lalu, tarbiyah masih asing di kalangan masyarakat kita, bahkan banyak pihak menaruh curiga, keterasingan, dan ketakutan terhadap aktifitas tarbiyah. Dahulu, para aktifis mendatango orang per orang untuk menawarkan tarbiyah, sekarang masyarakat seakan menunggu para aktivis tarbiyah yang mau mentarbiyahi mereka.

Ruang perbedaan antara kader tarbiyah dan masyarakat pada awalnya harus dibayar dengan pengorbanan. Sekian puluh – ratus akhwat muslimah dikeluarkan dari sekolah/kampus karena jilbab panjangnya. Banyak anak muda tidak lagi menjadi anak kesayangan mami-papi lantaran fikroh baru Islam yang diyakininya. Berjilid-jilid kisah seperti ini bisa dihimpun dari saksi dakwah yang masih istiqomah di jalan Allah. Salah 1 nasyid yang dihapal yaitu “Ghuraba” / “orang-orang yang asing”. Dan salah 1 hadist yang sangat dihapal mereka : “Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang-orang yang asing. Yaitu mereka yang memperbaiki sunnahku setelah mereka merusaknya” . Demikianlah kumpulan orang-orang yang asing justru semakin banyak. Sejak pertengahan 70-an, para pendekar pembaharuan Islam meneriakkan desakralisasi dan desimbolisasi Islam. Mereka menyerang jilbab dan jenggot. Arus besar yang muncul, justru parade akhwat muslimah bejilbab dan kumpulan pemuda berjenggot. Kalimat salam menjadi nada merdu yang menghiasi bis-bis kota, jalan-jalan, koridor-koridor, sekolah, gerbang kampus dan rumah-rumah kontrakkan dimana 2 / lebih aktivis tarbiyah bertemu 1 sama lain. Vila-vila mewah di kawasan wisata pegunungan dan ruang-ruang tamu beralas tikar tanpa sofa berukuran 3 x 3 m menjadi saksi pergerakkan yang pada akhirnya menjadi arus besar yang dasyat

Tarbiyah Sebagai Semangat Zaman
Demikianlah 2 fase awal dakwah dilalui dengan semangat zaman untuk mentarbiyah umat. Dauroh-dauroh rekruitment dilakukan hampir setiap pekan untuk membangkitkan kesadaran umat dan mengembalikan orientasi hidup mereka. Halaqoh amah dan halaqoh khoshoh menghiasi malam dan siang, dimana ribuan spidol whiteboard menuliskan kalimat-kalimat Islam setiap harinya. Saat-saat Liqo’ tarbawi merupakan yang paling dirindukan. Rasa haus akan ilmu, kerinduan bertemu ikhwah, berbagi masalah dan pengalaman dengan sang Murobbi dan murabbiyah, dan pulang kembali ke rumah dengan kerinduan dan keindahan iman kepada Allah, 6 hari berikutnya adalah hari-hari dakwah dan tarbiyah. Ilmu dan pemahaman yang didapatkan dalam liqo’ tarbawi kemarin telah menjadi tema berbagai liqo’ tarbawi selanjutnya.
Merekalah sosok-sosok Robbaniyyun (QS Ali Imron : 79). Tidak ada keraguan sedikitpun untuk menyampaikan ilmu meski mereka bukan lulusan pesantren dan sebagian besar belum menguasai bahasa arab namun ada izzah (keyakinan dan kebanggan akan fikrah Islam), Hamasah (Semangat menggelora utuk mengamalkan Islam dan menyerukan kpd orang lain), dan ghiroh (kecemburuan dan semangat pembelaan Islam yang diabaikan oleh umatnya sendiri). Semua ini menjadikan mereka bangunan yang kokoh dan saling menopang (Al bunyan al marshush) (QS. As Shaf : 4)

Rahasia Sukses Tarbiyah
Rahasia utama sukses tarbiyah yang paling utama adalah Istiqomah, yaitu istiqomah dalam hidayah, istiqomah dalam keikhlasan, istiqomah dalam ketaatan, istiqomah dalam kesabaran. Inilah hal terberat bagi para da’i dan bahkan nabi. (QS. Hud : 112) dan inti dari istiqomah adalah kesabaran. (QS Al Kahfi : 28).

Rahasia sukses kedua adalah disiplin dalam tanggung jawab (indibath bil mas’uliyah). Pada masa2 itu kita akan menemukan seorang akh yang sangat menyesal dan rasa bersalah karena datang terlambat ke halaqoh. Atau ketika udzur, esok harinya ia mendatangi saudaranya hanya untuk menyalin materi yang tertinggal. Juga begitu banyak para Murabbi yang meninggalkan urusan pribadi dan keluarganya karena harus mengisi halaqoh. (QS. At Taubah : 24). Membolos bagi seorang murobbi seperti melemparkan sebuah amanah sebesar gunung uhud (QS Al Anfal : 27). Bila kita menemukan ada mutarobbi yang punya ongkos pas2an untuk hadir dalam halaqoh, tidak sedikit kita temukan Murobbi yang harus pulang berjalan kaki karena tidak tersisa uang se-senpun, bukan karena mutarobbi tidak membantu namun karena Murobbi tidak menampilkan wajah dirinya sedang mengalami kesulitan. (QS Al Baqoroh : 277).

Sukses ketiga yaitu kemenyeluruhan dalam peran tarbiyah (At Takamuliyah fi daur at tarbawi). Seorang Murobbi/Murobbiyah tidak hanya mentarbiyah para mutarobbinya, tidak hanya memerankan diri sebagai seorang guru yang menyampaikan ilmu-ilmu Islam. Tapi juga menjadi seorang yang membantu dalam memelihara dan meningkatkan ruhiyah mutarobbinya. Ketika menghadapi masalah-masalah yang dialami mutarobbinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam berbagai kondisi.

Menyiapkan Anashir Taghyir
Adalah Tadbir Robbani yang penuh dengan hikmah Robbaniyah, ketika tarbiyah ini menanam bibit2 awalnya di kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat muslim negeri ini yang sebagian besar adalah kaum umiyyu, orang-orang jahlu, ‘anil Islam / tidak memahami agamanya (QS Al Baqoroh : 78). Secara sosio-politis gerakan kehidupan mereka sangat ditentukan oleh elit penguasanya.Namun kemudian para pemuda yang terdidik adalah calon-calon pemimpin masa depan sehingga secara histories apa yang ditanam sejak awal oleh tarbiyah adalah menginvestasikan calon-calon pemimpin bagi perubahan negeri ini. Mereka adalah kaum yang mewarisi sikap kritis nabi Ibrahim, mewarisi keluasan ilmu dan sikap penjagaan nabi Yusuf, dan sosok Musa baru yang kuat, berani, dan terpercaya.

Momentum dan Tugas Perubahan
*Terlibat sekuat tenaga untuk membebaskan umat dari belenggu kejahiliaan dan kezhaliman politik.
*Memenuhi negeri ini dengan solusi Islam, bukan hanya pada tataran opini dan wacana, tapi sampai tingkat praktis dan aplikasi. Karena masyarakat membutuhkan orang2 yang memihak dan membela atas nama kebenaran&keadilan.
*Mengajak sebanyak2nya manusia untuk menerima Islam dan menjadi pendukung dakwah ini
*Terus menerus menyiapkan diri dan mengembangkan segala kemampuan yang dibutuhkan oleh dakwah