Refleksi 20 Tahun Tarbiyah
Tarbiyah dan Semangat Zaman
Oleh : Mahfudz Siddiq
Oleh : Mahfudz Siddiq
Tarbiyah Islamiah telah melewati usia 20 tahunnya. Fenomena yang berawal dari sekolah-sekolah dan kampus ini, terus berkembang menjadi arus besar yang ikut menentukan gerak perubahan di negeri ini. Ketika terjadi transisi kekuasaan tahun 1998, kekuatan dakwah harakah ini mentransformasikan diri ke dalam Hizbud Dakwah. Di panggung politik yang terbuka dan kompetitif, masyarakat bisa melihat buah2 tarbiyah yang di presentasikan kader2nya. Beragam respon muncul, mulai dari kekaguman, harapan2 hingga kecemasan dan rasa ingin tahu banyak pihak tentang Hizbud Dakwah di era kelembagaan ini (mihwar muassasi)
Penerimaan Umat Terhadap Tarbiyah
Tarbiyah mulai meluas dan mendapat respon positif dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat melalui penerimaan berbagai segmen masyarakat terhadap aktifitas tarbiyah. Halaqah dan ta’lim yang awalnya marak di sekolah dan kampus-kampus, kini mulai bermunculan di perkantoran, pabrik-pabrik, masjid, organisasi, dan berbagai perkumpulan di masyarakat. Selain itu, banyak masyarakat menggantungkan peran perubahan yang bisa dilakukan kader-kader tarbiyah ini di berbagai lini kehidupan. Sepuluh atau dua puluh tahun lalu, tarbiyah masih asing di kalangan masyarakat kita, bahkan banyak pihak menaruh curiga, keterasingan, dan ketakutan terhadap aktifitas tarbiyah. Dahulu, para aktifis mendatango orang per orang untuk menawarkan tarbiyah, sekarang masyarakat seakan menunggu para aktivis tarbiyah yang mau mentarbiyahi mereka.
Ruang perbedaan antara kader tarbiyah dan masyarakat pada awalnya harus dibayar dengan pengorbanan. Sekian puluh – ratus akhwat muslimah dikeluarkan dari sekolah/kampus karena jilbab panjangnya. Banyak anak muda tidak lagi menjadi anak kesayangan mami-papi lantaran fikroh baru Islam yang diyakininya. Berjilid-jilid kisah seperti ini bisa dihimpun dari saksi dakwah yang masih istiqomah di jalan Allah. Salah 1 nasyid yang dihapal yaitu “Ghuraba” / “orang-orang yang asing”. Dan salah 1 hadist yang sangat dihapal mereka : “Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang-orang yang asing. Yaitu mereka yang memperbaiki sunnahku setelah mereka merusaknya” . Demikianlah kumpulan orang-orang yang asing justru semakin banyak. Sejak pertengahan 70-an, para pendekar pembaharuan Islam meneriakkan desakralisasi dan desimbolisasi Islam. Mereka menyerang jilbab dan jenggot. Arus besar yang muncul, justru parade akhwat muslimah bejilbab dan kumpulan pemuda berjenggot. Kalimat salam menjadi nada merdu yang menghiasi bis-bis kota, jalan-jalan, koridor-koridor, sekolah, gerbang kampus dan rumah-rumah kontrakkan dimana 2 / lebih aktivis tarbiyah bertemu 1 sama lain. Vila-vila mewah di kawasan wisata pegunungan dan ruang-ruang tamu beralas tikar tanpa sofa berukuran 3 x 3 m menjadi saksi pergerakkan yang pada akhirnya menjadi arus besar yang dasyat
Tarbiyah Sebagai Semangat Zaman
Demikianlah 2 fase awal dakwah dilalui dengan semangat zaman untuk mentarbiyah umat. Dauroh-dauroh rekruitment dilakukan hampir setiap pekan untuk membangkitkan kesadaran umat dan mengembalikan orientasi hidup mereka. Halaqoh amah dan halaqoh khoshoh menghiasi malam dan siang, dimana ribuan spidol whiteboard menuliskan kalimat-kalimat Islam setiap harinya. Saat-saat Liqo’ tarbawi merupakan yang paling dirindukan. Rasa haus akan ilmu, kerinduan bertemu ikhwah, berbagi masalah dan pengalaman dengan sang Murobbi dan murabbiyah, dan pulang kembali ke rumah dengan kerinduan dan keindahan iman kepada Allah, 6 hari berikutnya adalah hari-hari dakwah dan tarbiyah. Ilmu dan pemahaman yang didapatkan dalam liqo’ tarbawi kemarin telah menjadi tema berbagai liqo’ tarbawi selanjutnya.
Merekalah sosok-sosok Robbaniyyun (QS Ali Imron : 79). Tidak ada keraguan sedikitpun untuk menyampaikan ilmu meski mereka bukan lulusan pesantren dan sebagian besar belum menguasai bahasa arab namun ada izzah (keyakinan dan kebanggan akan fikrah Islam), Hamasah (Semangat menggelora utuk mengamalkan Islam dan menyerukan kpd orang lain), dan ghiroh (kecemburuan dan semangat pembelaan Islam yang diabaikan oleh umatnya sendiri). Semua ini menjadikan mereka bangunan yang kokoh dan saling menopang (Al bunyan al marshush) (QS. As Shaf : 4)
Rahasia Sukses Tarbiyah
Rahasia utama sukses tarbiyah yang paling utama adalah Istiqomah, yaitu istiqomah dalam hidayah, istiqomah dalam keikhlasan, istiqomah dalam ketaatan, istiqomah dalam kesabaran. Inilah hal terberat bagi para da’i dan bahkan nabi. (QS. Hud : 112) dan inti dari istiqomah adalah kesabaran. (QS Al Kahfi : 28).
Rahasia sukses kedua adalah disiplin dalam tanggung jawab (indibath bil mas’uliyah). Pada masa2 itu kita akan menemukan seorang akh yang sangat menyesal dan rasa bersalah karena datang terlambat ke halaqoh. Atau ketika udzur, esok harinya ia mendatangi saudaranya hanya untuk menyalin materi yang tertinggal. Juga begitu banyak para Murabbi yang meninggalkan urusan pribadi dan keluarganya karena harus mengisi halaqoh. (QS. At Taubah : 24). Membolos bagi seorang murobbi seperti melemparkan sebuah amanah sebesar gunung uhud (QS Al Anfal : 27). Bila kita menemukan ada mutarobbi yang punya ongkos pas2an untuk hadir dalam halaqoh, tidak sedikit kita temukan Murobbi yang harus pulang berjalan kaki karena tidak tersisa uang se-senpun, bukan karena mutarobbi tidak membantu namun karena Murobbi tidak menampilkan wajah dirinya sedang mengalami kesulitan. (QS Al Baqoroh : 277).
Sukses ketiga yaitu kemenyeluruhan dalam peran tarbiyah (At Takamuliyah fi daur at tarbawi). Seorang Murobbi/Murobbiyah tidak hanya mentarbiyah para mutarobbinya, tidak hanya memerankan diri sebagai seorang guru yang menyampaikan ilmu-ilmu Islam. Tapi juga menjadi seorang yang membantu dalam memelihara dan meningkatkan ruhiyah mutarobbinya. Ketika menghadapi masalah-masalah yang dialami mutarobbinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam berbagai kondisi.
Menyiapkan Anashir Taghyir
Adalah Tadbir Robbani yang penuh dengan hikmah Robbaniyah, ketika tarbiyah ini menanam bibit2 awalnya di kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat muslim negeri ini yang sebagian besar adalah kaum umiyyu, orang-orang jahlu, ‘anil Islam / tidak memahami agamanya (QS Al Baqoroh : 78). Secara sosio-politis gerakan kehidupan mereka sangat ditentukan oleh elit penguasanya.Namun kemudian para pemuda yang terdidik adalah calon-calon pemimpin masa depan sehingga secara histories apa yang ditanam sejak awal oleh tarbiyah adalah menginvestasikan calon-calon pemimpin bagi perubahan negeri ini. Mereka adalah kaum yang mewarisi sikap kritis nabi Ibrahim, mewarisi keluasan ilmu dan sikap penjagaan nabi Yusuf, dan sosok Musa baru yang kuat, berani, dan terpercaya.
Momentum dan Tugas Perubahan
*Terlibat sekuat tenaga untuk membebaskan umat dari belenggu kejahiliaan dan kezhaliman politik.
*Memenuhi negeri ini dengan solusi Islam, bukan hanya pada tataran opini dan wacana, tapi sampai tingkat praktis dan aplikasi. Karena masyarakat membutuhkan orang2 yang memihak dan membela atas nama kebenaran&keadilan.
*Mengajak sebanyak2nya manusia untuk menerima Islam dan menjadi pendukung dakwah ini
*Terus menerus menyiapkan diri dan mengembangkan segala kemampuan yang dibutuhkan oleh dakwah
0 Comments:
Post a Comment
<< Home